Alkisah sang putri cantik jelita tinggal di zaman dahulu kala.
Yaitu, zaman dimana maraknya cerita dongeng. Zaman dimana sang tokoh utama berkewajiban untuk menjadi istri pangeran.
Lihat saja snow white yang hampir terbunuh karena kecantikannya. Atau cinderella yang kecantikannya bikin iri saudara tirinya.
Atau pula cerita itik buruk rupa yang akhirnya berubah jadi angsa nan cantik jelita.
Lanjut cerita, sang putri hidup sebatang kara, tak punya siapa-siapa ataupun apa-apa.
Tapi masih menjalani hidup dengan penuh suka cita dan cinta.
Hari-harinya dipenuhi dengan senandung ria layaknya pentas opera van java.
Suatu hari, sang putri berdo'a agar menjadi orang sukses.
Dan karena keuletannya jadilah ia putri yang sukses, dalam hal ini menjadi saudagar.
Namun, saat sudah mencapai impiannya, ia tiba-tiba termenung sendiri.
Tak ada keluarga yang akan bangga padanya.
Tidak! Tiada orang tua yang dapat dibahagiakannya.
Tentu saja.
Untuk apa ini semua? Percuma saja karena ia hidup sebatang kara, tak punya siapa-siapa, walaupun kini sudah punya apa-apa, pikirnya.
Singkat cerita, akhirnya sang putri mengeluh tiada berkesudahan.
Aku inginkan kebahagiaan katanya.Jadilah ia putri yang sangat cantik jelita nan kaya raya, tapi sayang muram hatinya.
Kini tiada lagi senyum dibibirnya, meskipun hanya seulas.
Tiada lagi mata yang berbinar-binar ataupun suara ramah yang menyapa serta tawa yang renyah menyejukkan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya.
Ya Tuhan, aku mau kebahagiaan. Kenapa Kau tidak memberikanku kebahagiaan?
Begitu, do'a yang tiap hari ia panjatkan. Entah do'a atau tuntutan.
Lupalah ia dengan kesuksesannya
Lupalah ia dengan segala kecantikannya.
Lupalah ia dengan hari-hari yang telah berhasil dilewati dengan kesendiriannya itu...
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Dan meski tahun tidak berganti zaman, masih tetap di zaman dahulu kala.
Kini semua, tinggallah ia dengan rasa tidak puas dan putus asa. Tidak puas karena ia merasa Tuhan tidak menjawab do'anya, memberikannya kebahagiaan. Rasa yang sebenarnya berasal dari hati dan pikirannya sendiri.
Begitulah kita...
0 komentar:
Posting Komentar