"Bersatu" kita sendirian.

0 komentar
Beberapa minggu yang lalu (udah hampir mau sebulan sih ), bukan sebuah kebetulan tanggal dan bulan kelahiran gue. Karena, ya emang ulang tahun gue selalu tanggal 12 april sih. Makanya bukan disebut kebetulan ataupun kebeneran, melainkan kebenaran. (Gara-gara ngetik ini, jadi ngeh, arti "bener" dan "benar" bisa beda. WOO! :O )

Dan yaaaah, di umur 21 ini akhirnya mau gak mau harus mengakui tambah tua. Tambah tua? Hmm, tambah umur maksudnya. (Tambah umur? Yakin umurnya ditambah, bukan dikurang? #dankemudianhening )


***

Beberapa hari yang lalu, nah kebetulan gue gak masuk kerja. Kebetulan pula gue sakit, dan kebetulan juga hari itu adalah hari perpustakaan mobil keliling. Yang emang ada setiap seminggu sekali. Dan kebetulan lainnya, letak mobil perpustakaannya ada di halaman kelurahan Kartini yang tertjinta, dan secara (lagi-lagi) kebetulan kelurahan itu adanya disebelah Puskesmas. Horray! Ini kebetulan atau kesengajaan sik?

Btw, pas lagi asik milih buku, tiba-tiba Pak Perpusnya bilang, "Jangan lupa tulis buku tamunya ya, kalo sepi terus kemungkinan Perpus Mobilnya bisa distop. "

Deg! Sedih dengernya. Gak kebayang deh, gimana kalo gak ada Perpus gratis ini lagi. Otak gue langsung dipenuhi pertanyaan gimana caranya biar Perpus Mobil ini tetap jalan. Dan mulailah gue mikir sampe ganteng. Dan hasilnya, Gue dapet ide brilian, "Gimana kalo menuhin buku tamu pake nama-nama fiktif karangan gue?"

Ah... Ya, tapi akhirnya, dengan perasaan yang tidak puas dengan ide brilian yang cuman segitu aja. Gue pun pasrah dan pulang dengan beberapa buku (dengan berjalan kaki juga sih), diantaranya buku berjudul The Zahir karangan Paulo Coelho. Sebenernya, Zahir ini baru minggu kemaren dipinjem mama dan gak gue lirik sama sekali. Tapi mengingat kemungkinan mobil Perpus bakal distop, mau gak mau gue pinjem lagi. Karna kapan lagi ada kesempatan buat baca buku "Mahal" yang gratis? Yah, Walau rasanya emang saat-saat ini lagi dalam kondisi males banget buat baca buku apalagi yang tebel-tebel. Dan, kalo dipikir, kalo baca aja males, gimana harus nulis buku setebel ini? Gak kebayang rasanya jadi si Paul yang uda bersusah payah menghayal dan menuliskannya tapi gak ada yang baca? Wih.. Jadi keinget kata-kata Lukman Sardi,


"Dari sebuah film bagus, saya belajar membuatnya. Dari film jelek, saya belajar menghargainya" ***

Beberapa jam yang lalu, eh kemaren ding. Raka Raissa Kurniawan, keponakan gue yang lagi lucu-lucunya. Kebetulan banget lagi nginep dirumah. Dan lagi-lagi mengeluarkan jurus "Zahir-nya". Zahir sendiri, menurut bukunya si Paul, berasal dari bahasa arab yang artinya...

Eh gue kutip aja ya tulisannya,


"Menurut pengarang Jorge Luis Borges, ide mengenai Zahir berasal dari tradisi Islam dan diperkirakan muncul pada sekitar abad delapan belas. Zahir, dalam bahasa Arab, berarti terlihat, ada, tak mungkin diabaikan. Zahir adalah seseorang atau sesuatu yang sekali kita mengadakan kontak dengannya atau dengan itu, lambat laun memenuhi seluruh pikiran kita, sampai kita tak bisa berpikir tentang hal-hal lain"


Dan menurut pengertian gue pribadi, Zahir itu ya "unforgetable moment". Titik. (maksa-.-)

Ceritanya gini, si Raka kepengen es krim. Nah, ci titin bilang, makan esnya rame-rame aja ya, atau raka mau berempat atau berdua sama siapa? Dan dengan spontan si Raka jawab, "Aku mau bersatu aja..." (Maksudnya mau sendiri aja)


Dan ya, sampe sekarang gue jadi kepikiran. Kenapa pengertian bersatu bukan sendirian? Kenapa?? #kusut


Ah entahlah. Bukannya Justin Bieber bilang, Indonesia is random country ? Dan yes, saya menyetujuinya hanya saat ini saja, didalam catatan saya kali ini saja.