Ini ironi-ku, apa ironi-mu ?

Beberapa hari yang lalu, gue sempet nge- #DamnItsTrue dan #IroniAdalah pas ngebaca salah satu updatetan status facebook temen. Namanya Mirna Ermawati, dia seorang gadis manis yang mau berteman dengan siapa saja, termasuk berteman dengan seorang gadis yang manis pula (maksudnya gue :P ). Dia seorang ukhti yang saat ini PPnya bertudung oranye (kalo mata gue gak buta warna sih), seorang guru yang baru saja berhasil mencetakkan namanya disalah satu daftar penulis dibuku kumpulan cerpen (Woooooooooooow!Congerat yah Na :)).
Btw kemaren sambil nge-Like statusnya gue jadi bertanya-tanya, apa inspirasi statusnya dateng dari lebar gadgetnya ? Secara sekarang sepertinya doi ngandroidtan sih. Nah, langsung aja ini updatetannya :

‎"Gadget dan social media mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat."
Ketemuan sama teman/pacar tapi sibuk sama gadgetnya masing-masing.
Dunia tak selebar layar gadgetmu, kawan..


Oya, sebenernya gara-gara twitter, kayanya banyak kata-kata yang menurut gue dulunya "baku" jadi kata-kata gahul sekarang. Macem galau, pencitraan dan ironi. Dan semenjak hestek #IroniAdalah keluar gue lebih ngerasa mendalami dan menghayati makna ironi sesungguhnya dibanding waktu belajar di sd dulu. hehe :P

Hasil googlingan dari wikipedia:
Ironi adalah salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Ironi adalah majas yang mengungkapkan sindiran halus. Contoh:
Kota Jakarta sangatlah indah dengan sampah-sampahnya

Kalo dipikir, Ironi juga sebenernya ada di kehidupan gue sehari-hari.

Ironi ada pada saat gue menyadari hp gue banyak, dengan nomer yang sengaja berbeda-beda. Biar murahin tarif gitu. Ada kartu As, Axis, Esia, im3. Tapi yah, ujung-ujungnya bukan nomer gue yang ditanya, tapi Pin BB! *Kacrut!

Ironi ada pada saat gue menyadari hp gue banyak, dengan nomer yang sengaja berbeda-beda. Biar murahin tarif gitu. Ada kartu As, Axis, Esia, im3. Tapi, Y U NO SMS, Y U NO MISCALL, Y U NO MISSME! #galaubetgalau

Ironi lainnya saat seseorang seperti gue ini, terdiam lama didepan rak supermarket yang berisi daging burger. Berusaha memilih dan menimbang-nimbang mana yang lebih murah dan "Worth it", penuh perhitungan mengeluarkan uang untuk membelinya, bahkan mungkin terkesan pelit. Tapi, melihat kondisi fisik "Mei Bodih" , agaknya semua orang tidak ragu lagi untuk setuju, bahwasanya gue malah sangat tidak perhitungan ataupun pelit saat memasukkan daging burger itu kedalam mulut dan memakannya tanpa sisa. Hap, Tinggal lep!

Lalu saat seseorang seperti gue ini, sekali lagi penuh perhitungan berlandaskan "hemat beb..." tapi nyatanya "keblenger". Gue rela "berbelanja" pulsa di konter yang jaraknya agak jauh dari rumah daripada konter pulsa terdekat, hanya karena perbedaan harga seribu rupiah. Padahal karena agak jauh dan melewati beberapa warung, sering tergoda untuk mampir sekedar membeli esteh serta cemilan lain seperti snack yang ditotal kurang lebih lima ribuan.

Ah dan yang terakhir ironi selalu ada saat dimana ada sebuah ketikan panjang lebar seperti ini, yang menceritakan tentang sebuah ironi yang belum tentu benar kalau yang dia paparkan itu termasuk majas ironi yang padahal isi ketikannya telah dipikirkannya berulang kali sampai mengoogling segala dan begitu seriusnya sampai tidak melihat ada chat masuk hingga dicap Sombong dan ketikan ironinya dipublish di facebook yang mempunyai teman berjumlah ratusan, tanpa ada satupun dari mereka ini yang membacanya.

IRONIS!
Nah, ini ironi-ku, apa ironi-mu ?

1 komentar:

@j0eham mengatakan...

haha, yg terakhir lol bgt...

Posting Komentar